This is the blog of Merry Sarlita . This simple blog aims to share information . Thank you for visiting this blog. GBU always...
RSS

Rabu, 17 November 2010

Resensi

Pengertian Resensi


Resensi adalah tulisan tentang informasi buku baru atau bentuk lain sebagai pertimbangan kelayakan bagi pembacanya. Resensi biasanya digunakan untuk memberi gambaran isi buku, film, dan kaset musik. Penulis resensi atau peresensi disebut resensator. Resensi bertujuan bagi penerbit atau produsen untuk mengenalkan produknya kepada calon pembeli. Menulis resensi dapat dilakukan setiap orang. Dengan berlatih menjadi resensator, kamu ikut menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan memudahkan orang lain mencari buku itu.


Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.



Sistematika Resensi


Resensi bertujuan memberikan pertimbangan kepada calon pembaca. Pertimbangan tersebut meliputi kelebihankekurangan buku serta keunggulan-kelemahannya. Oleh karena itu, sebuah resensi biasanya memiliki sistematika atau urutan sebagai berikut :

a. Bagian Identitas Buku

Pada bagian ini berisi judul resensi, judul buku, nama pengarang, nama penerjemah (jika buku terjemahan), penerbit, tahun terbit, dan jumlah halaman.


b. Bagian Isi

Pada bagian ini memuat paragraf pengantar, isi buku secara garis besar, kelebihan atau kekurangan buku.


c. Bagian Penutup

Pada bagian ini berisi simpulan dan saran kepada pembacanya.



Unsur-unsur Resensi

Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:

1. Membuat judul resensi

Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.


2. Menyusun data buku

Data buku biasanya disusun sebagai berikut:

a. judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya);

b. pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku);

c. penerbit;

d. tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);

e. tebal buku;

f. harga buku (jika diperlukan).


3. Membuat pembukaan

Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:

a. memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;

b. membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;

c. memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;

d. memaparkan keunikan buku;

e. merumuskan tema buku;

f. mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;

g. mengungkapkan kesan terhadap buku;

h. memperkenalkan penerbit;

i. mengajukan pertanyaan;

j. membuka dialog.


4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:

a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;

b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;

c. keunggulan buku;

d. kelemahan buku;

e. rumusan kerangka buku;

f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);

g. adanya kesalahan cetak.


5. Penutup resensi buku

Bagian penutup, biasnya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.


Sumber :

http://jajawilsa.blogspot.com/2009/05/pengertian-resensi.html

http://gurumuda.com/bse/meresensi-buku-pengetahuan#more-9195

Majas/Gaya Bahasa

Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa. Menurut Prof. Dr. H. G. Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat. Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran, sopan santun, dan menarik. Gaya bahasa dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu:

1. Gaya bahasa perulangan

2. Gaya bahasa perbandingan

3. Gaya bahasa pertentangan

4. Gaya bahasa pertautan



Gaya Bahasa Perulangan

a. Aliterasi

Aliterasi ialah sejenis gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya terjadi pada puisi.

Contoh : Kau keraskan kalbu

Bagai batu membesi benar

Timbul telangkai bertongkat urat

Ditunjang pengacara petah pasih


b. Asonansi

Asonansi ialah sejenis gaya bahasa refetisi yang berjudul perulangan vokal, pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan.

Contoh : Segala ada menekan dada

Mati api di dalam hati

Harum sekuntum bunga rahasia

Dengan hitam kelam


c. Antanaklasis

Antanaklasis ialah sejenis gaya bahasa yang mengandung perulangan kata dengan makna berbeda.

Contoh: Karena buah penanya itu menjadi buah bibir orang.


d. Kiasmus

Kiasmus ialah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat.

Contoh: Ia menyalahkan yang benar dan membenarkan yang salah.


e. Epizeukis

Epizeukis ialah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut.

Contoh: Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat.


f. Tautotes

Tautotes ialah gaya bahasa perulangan yang berupa pengulangan sebuah kata berkali-kali dalam sebuah konstruksi.

Contoh: Aku adalah kau, kau adalah aku, kau dan aku sama saja.


g. Anafora

Anafora ialah gaya bahasa repetisi yang merupakan perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat.

Contoh: Kucari kau dalam toko-toko.

Kucari kau karena cemas karena sayang.

Kucari kau karena sayang karena bimbang.

Kucari kau karena kaya mesti diganyang.


h. Epistrofa (efifora)

Epistrofa ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada akhir baris atau kalimat berurutan.

Contoh : Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur.

Aku mencercah daging ketika kau tidur.


i. Simploke

Simploke ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir beberapa baris (kalimat secara berturut-turut).

Contoh : Ada selusin gelas ditumpuk ke atas. Tak pecah.

Ada selusin piring ditumpuk ke atas. Tak pecah.

Ada selusin barang lain ditumpuk ke atas. Tak pecah.


j. Mesodiplosis

Mesodiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau kalimat secara berturut-turut.

Contoh : Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.

Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat.


k. Epanalepsis

Epanalepsis ialah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada akhir baris, klausa, atau kalimat.

Contoh: Saya akan berusaha meraih cita-cita saya.


l. Anadiplosis

Anadiplosis ialah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu kalimat atau klausa menjadi kata atau frase pertama pada klausa atau kalimat berikutnya.

Contoh : Dalam raga ada darah

Dalam darah ada tenaga

Dalam tenaga ada daya

Dalam daya ada segalanya



Gaya Bahasa Perbandingan

a. Perumpamaan

Perumpamaan ialah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana, serupa.

Contoh : Seperti air dengan minyak.


b. Metafora

Metafora ialah gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara implisit.

Contoh : Aku adalah angin yang kembara.


c. Personifikasi

Personifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani pada barang atau benda yang tidak bernyawa ataupun pada ide yang abstrak.

Contoh : Bunga ros menjaga dirinya dengan duri.


d. Depersonifikasi

Depersonifikasi ialah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat suatu benda tak bernyawa pada manusia atau insan. Biasanya memanfaatkan kata-kata: kalau, sekiranya, jikalau, misalkan, bila, seandainya, seumpama.

Contoh : Kalau engkau jadi bunga, aku jadi tangkainya.


e. Alegori

Alegori ialah gaya bahasa yang menggunakan lambang-lambang yang termasuk dalam alegon antara lain:

Fabel, contoh : Kancil dan Buaya

Parabel, contoh : Cerita Adam dan Hawa


f. Antitesis

Antitesis ialah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan.

Contoh : Dia gembira atas kegagalanku dalam ujian.


g. Pleonasme dan Tautologi

Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir yang sebesarnya tidak perlu. Contoh : Capek mulut saya berbicara.


Tautologi adalah gaya bahasa yang menggunakan kata atau frase yang searti dengan kata yang telah disebutkan terdahulu.

Contoh : Apa maksud dan tujuannya datang ke mari?


h. Perifrasis

Perifrasis ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya sengaja menggunakan frase yang sebenarnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.

Contoh : Wita telah menyelesaikan sekolahnya tahun 1988 (lulus).


i. Antisipasi (prolepsis)

Antisipasi ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya menggunakan frase pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi.

Contoh : Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala kemenangan.


j. Koreksio (epanortosis)

Koreksio ialah gaya bahasa yang dalam pernyataannya mula-mula ingin menegaskan sesuatu. Namun, kemudian memeriksa dan memperbaiki yang mana yang salah.

Contoh : Silakan Riki maju, bukan, maksud saya Rini!



Gaya Bahasa Pertentangan

a. Hiperbola

Hiperbola ialah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk menekan, memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.

Contoh : Pemikiran-pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.


b. Litotes

Litotes ialah majas yang berupa pernyataan yang bersifat mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh : Apa yang kami berikan ini memang tak berarti buatmu.


c. Ironi

Ironi ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh : Bagus benar rapormu Bar, banyak merahnya.


d. Oksimoron

Oksimoron ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang di dalamnya mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase atau dalam kalimat yang sama.

Contoh : Olahraga mendaki gunung memang menarik walupun sangat membahayakan.


e. Paronomosia

Paronomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang berisi penjajaran kata-kata yang sama bunyinya, tetapi berlainan maknanya.

Contoh : Bisa ular itu bisa masuk ke sel-sel darah.


f. Zeugma dan Silepsis

Zeugma ialah gaya bahasa yang menggunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain. Dalam zeugma kata yang dipakai untuk membawahkan kedua kata berikutnya sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari padanya.

Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.


Dalam silepsis kata yang dipergunakannya itu secara gramatikal benar, tetapi kata tadi diterapkan pada kata lain yang sebenarnya mempunyai makna lain.

Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.


g. Satire

Satire ialah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau karangan yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan maupun terselubung.

Contoh : Jemu aku dengan bicaramu

Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan

Sudah sepuluh tahun engkau bicara

Aku masih tak punya celana

Budak kurus pengangkut sampah


h. Inuendo

Inuendo ialah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.

Contoh: Dia memang baik, cuma agak kurang jujur.


i. Antifrasis

Antifrasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Berbeda dengan ironi, yang berupa rangkaian kata yang mengungkapkan sindiran dengan menyatakan kebalikan dari kenyataan, sedangkan pada antifrasis hanya sebuah kata saja yang menyatakan kebalikan itu.

Contoh Antifrasis : Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si cebol).

Contoh ironi : Kami tahu bahwa kau memang orang yang jujur sehingga tak ada satu orang pun yang percaya padamu.


j. Paradoks

Paradoks ialah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.

Contoh : Teman akrab adakalanya merupakan musuh sejati.


k. Klimaks

Klimaks ialah gaya bahasa yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.

Contoh : Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orang tua, nusa bangsa dan negara.


l. Anti klimaks

Antiklimaks ialah suatu pernyataan yang berisi gagasan-gagasan yang disusun dengan urutan dari yang penting hingga yang kurang penting.

Contoh : Bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa, siswa SLTA, SLTP, dan SD.


m. Apostrof

Apostrof ialah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir.

Contoh : Wahai dewa yang agung, datanglah dan lepaskan kami dari cengkraman durjana.


n. Anastrof atau inverse

Anastrof ialah gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan membalikkan susunan kata dalam kalimat atau mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.

Contoh : Diceraikannya istrinya tanpa setahu saudara-saudaranya.


o. Apofasis

Apofasis ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang tampaknya menolak sesuatu, tetapi sebenarnya justru menegaskannya.

Contoh : Sebenarnya saya tidak sampai hati mengatakan bahwa anakmu kurang ajar.


p. Histeron Proteran

Histeron Proteran ialah gaya bahasa yang isinya merupakan kebalikan dari suatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar.

Contoh : Jika kau memenangkan pertandingan itu berarti kematian akan kau alami.


q. Hipalase

Hipalase ialah gaya bahasa yang berupa sebuah pernyataan yang menggunakan kata untuk menerangkan suatu kata yang seharusnya lebih tepat dikarenakan kata yang lain.

Contoh: Ia duduk pada bangku yang gelisah.


r. Sinisme

Sinisme ialah gaya bahasa yang merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau ketulusan hati.

Contoh : Anda benar-benar hebat sehingga pasir di gurun sahara pun dapat Anda hitung.


s. Sarkasme

Sarkasme ialah gaya bahasa yang mengandung sindiran atau olok-olok yang pedas atau kasar.

Contoh : Kau memang benar-benar bajingan.



Gaya Bahasa Pertautan

a. Metonimia

Metonimia ialah gaya bahasa yang menggunakan nama barang, orang, hal, atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri.

Contoh : Parker jauh lebih mahal daripada pilot.


b. Sinekdoke

Sinekdoke ialah gaya bahasa yang menyebutkan nama sebagian sebagai nama pengganti barang sendiri.

Contoh Sinekdoke pars pro toto: Lima ekor kambing telah dipotong pada acara itu.

Contoh Sinekdoke totem pro parte: Dalam pertandingan itu Indonesia menang satu lawan Malaysia.


c. Alusio

Alusio ialah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu pristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/ diketahui orang.

Contoh : Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di sini?


d. Eufimisme

Eufimisme ialah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasa lebih kasar yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan.

Contoh : Tunasusila sebagai pengganti pelacur.


e. Eponim

Eponim ialah gaya bahasa yang menyebut nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.

Contoh : Dengan latihan yang sungguh saya yakin Anda akan menjadi Mike Tyson.


f. Antonomasia

Antonomasia ialah gaya bahasa yang berupa pernyataan yang menggunakan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri.

Contoh : Kepala sekolah mengundang para orang tua murid.


g. Epitet

Epitet ialah gaya bahasa yang berupa keterangan yang menyatakan sesuatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau suatu hal.

Contoh : Putri malam menyambut kedatangan remaja yang sedang mabuk asmara.


h. Erotesis

Erotesis ialah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang tidak menuntut jawaban sama sekali.

Contoh : Tegakah membiarkan anak-anak dalam kesengsaraan?


i. Paralelisme

Paralelisme ialah gaya bahasa yang berusaha menyejajarkan pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama.

Contoh: + Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas.

- Bukan saja perbuatan itu harus dikutuk, tetapi juga harus memberantasnya (Ini contoh yang tidak baik).


j. Elipsis

Elipsis ialah gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.

Contoh : Mereka ke Jakarta minggu lalu (perhitungan prediksi).

Pulangnya membawa oleh-oleh banyak sekali (Penghilangan subyek).

Saya sekarang sudah mengerti ( Penghilangan obyek).

Saya akan berangkat (penghilangan unsur Keterangan).

Mari makan!(penghilangan subyek dan obyek)


k. Gradasi

Gradasi ialah gaya bahasa yang mengandung beberapa kata (sedikitnya tiga kata) yang diulang dalam konstruksi itu.

Contoh : Kita harus membangun, membangun jasmani dan rohani, rohani yang kuat dan tangguh, dengan ketangguhan itu kita maju.


l. Asindeton

Asindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau suatu konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar, tetapi tidak dihubungkan dengan kata-kata penghubung.

Contoh : Ayah, ibu, anak merupakan inti dari sebuah keluarga.


m. Polisindeton

Polisindenton ialah gaya bahasa yang berupa sebuah kalimat atau sebuah konstruksi yang mengandung kata-kata yang sejajar dan dihubungkan dengan kata-kata penghubung.

Contoh : Pembangunan memerlukan sarana dan prasarana juga dana serta kemampuan pelaksana.


Sumber :

http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/majas/

 
background-attachment:fixed;